Jumat, 01 Agustus 2008

Anarkisme dan Islam

Anarkisme dan Islam

Siapa bilang Anarkisme tak bisa direalisasikan?
Siapa bilang negara adalah hal yang wajib dan diperlukan dalam suatu komunitas kemanusiaan ?
Siapa bilang Dunia tanpa negara hal yang mustahil ??

apakah kita lupa, waktu pertama kali manusia diciptakan tuhan dan turun kebumi, apakah ada keberadaan Negara? apakah adam dan hawa tunduk atau membentu suatu negara? walaupun jumlah mereka sudah berkembang pesat.

Seiringnya waktu berjalan, dan dinamika kehidupan sosial bermasyarakat berkembang pesat dari anak cucup adam dan hawa serta terbentung nya individu individu yang memiliki watak dan kepribadian yang berbeda, manusia menjadi lebih egois dan rakus akan hal materi dan duniawi

manusia saling bermusuhan dan berkonflik ria sesama nya demi mendapatkan wilayah yang lebih luas. masih ingatkah anda pada saat pertama kali manusia membunuh dimasa riwayat nabi adam dan hawa, yaitu qabil dan qabar [kalo gak salah yang namanya], mereka berseteru hanya demi memperebutkan wanita yang diidam kan nya, qabil menjadi korban karena mendapatkan yang lebih cantik yang diidamkan oleh qabar. qabil meninggal kan qabar bingung apa yang terjadi, sementara iblis bersuka ria atas terenggut nya nyawa dan dosa Qabar.

Sementara allah mengutus dua ekor burung yang berseteru untuk memberi ilham dan inspirasi atas qabar untuk apa yang harus dilakukan nya. salah satu burung tersebut mati, lalu burung yang satu lagi menguburkan nya di tanah yang telah dia gali sebelum nya

akhir nya qabar pun melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh sang burung, ini adalah pertama kali nya manusia melakukan kejahatan dan dosa dari membunuh sesama saudaranya.

Ego manusia terlalu tinggi, keserakahan dan kerakusan menguasai akal dan fikiran nya.
lalu manusia mulai memberi batasan wilayah kekuasaan nya untuk membatasi wilayah nya dengan wilayah orang lain, dan terbentuk nya suatu kominitas yand dinamakan negara yang mungkin diawalai dengan Kerajaan dan bentuk sistem kenegaraan lainnya.

Dalam islam, dengan Nabi Muhammad Rasullullah AS sebagai figur, saat hijrah ke Anshor ke wilayar basra [aduh sejarah nabi sendiri lupa >_< ] Rasol sendiri menjadi pujaan dan patokan, mereka mempercayakan seluruhnya terhadap beliau. Beliau juga memberi kebebasan sendiri sendiri atas apa yang di percaya kaumnya, baik muslim maupun non-muslim.

kehidupan sosialpun sangat terjamin dimasa rasulullah dan para sahabat. karena mereka yang dipercaya sebagai pemimpin mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat lain nya
mereka mampu menjadi taulaah dan tauladan bagi umat muslin maupun non-muslim.

Tidak ada sistem pajak seperti yang di jalankan negara sekarang yang ada hanyalah hadiah atau upeti dan infak sadakoh atau kaum Anarkis menyebut nya Kolektif. tidak ada tirani dan diskriminasi, tidak ada penguasa dan aparat berwenang yang memungkinkan untuk melalukan penyelewengan jabatan. dan para golongan ats tidak berani melakukan hal tersebut.

Pendidikan yang diterapkan tidak seperti sekarang dimana Institusi sekolah yang mendidik para anak murid nya dengan jadwal yang terencana dan tanggungan beban yang tidak lah ringan
Pendidikan di jaman Rasullulah dan para sahabat sangan sederhana, mungkin dijaman sekarang menyebut nya Home Schuling, atau juga bisa mendapat pembelajaran dari atas tindakan rasululah atau juga bisa mengaji dan diskusi di rumah ibadah dan mesjid.

tidak ada paksaan, tidak ada evaluasi karena sesungguhnya diri kita sendiri lah yang mengevaluasi atas apa yang telah kita pelajari selama ini.dan yang lebih jelas nya lagi, tidak ada biaya yang begitu berat seperti biaya pendidikan sekarang ni

Sekolah, yang mana asal kata nya adalah dari bahasa yunani kuno. Scula yang berati belarjar, bertanya dari orang yang lebih mengerti dan mengetahui. tanpa ada batasan, biaya yang membebani dan tentu saja, atas kesadaran dan minat kita sendiri sendiri.

kebebasan sangat diinginkan oleh setiap manusia, tetapi kesadaran juga sangat diperlukan dalam menciptakan masyarakat sosial yang makmur dan sejahtera. kebebasan juga ada batas nya.


Mungkinkah Dunia tanpa negara akan tercipta diabad yang akan datang, tanpa penguasa tanpa pemerintah dan tanpa penindasan ??


Allahu aklam

Semoga pemimpi dimasa depan, lebih menauladani figur Nabi Muhammad SAW sebagai panutan yang layak di contoh dan di tiru.


Amien.
*Salam.

Celana Kuncup dimata Islam

Hari ini aq di ajak ayah ku untuk ngaji di salah satu pengajian salafiah disatu sudut di kota medan pengajian agama yang berrujukkan kepada al-quran dan hadist dan ahli sunnah. kebetulan topik yang menjadi acuan pengajian malam tersebut adalah : cara solat yang salah yang membahas tentang pakaian solat yang kita kenakan pada saat menunaikan solat. karena hal yang pertama sekali diperiksa saat kita di bangkitkan dari kubur adalah ibadah solat kita, jika kita lolos tanpa bolong allah swt sendiri yang menjamin kita langsung masuk surga. karena jika solat kita tidak ada bolong sedikitpun niscaya tingkah dan perilaku kita niscaya baik [insya allah]

dan salah satu yang dibahas di pengajian tersebut yaitu :

1.tidak boleh menggunakan pakaian/celana jin, dengan alasan itu adalah adat org kafir.
karena allah swt berfirman diharamkan utk org muslim utk mengikuti org kafir

2.celana yang dipakai tidak boleh menutupi atau melewati mata kaki
tidak diperkenankan mencium aroma surga jika solat kita melewati mata kaki

3.tidak boleh memakai pakaian yg bergambar pda saat menunaikan ibadah solat
saat kita menghadap allah swt fikiran kita harus fokus dan berkonsentrasi hanya utk allah swt, jika kita menggunakan pakaian spt hal tersebut ditakutkan konsentrasi kita terganggu

4.harus menggunakan penutup kepala, peci / lobe/ kopiah dll
melindungi dari pikiran syetan dan iblis yang mengganggu ibadah kita

5.tempat solat harus bebas dari hadas dan najis
salah satu syarat sah solat.

6.tidak boleh memakai pakaian yang ketat dan sempit baik baju ataupun celana, seperti celana kuncup. Mak aQ tersinggung kali bah, kebetulan aq pake celana keper kuncup dan baju koko.

alasan nya karena dengan memakai pakaian ketat tersebut akan mengganggu pergerakan ibadah solat kita, dan lebih ditakutkan lagi, gara gara hal demikian membuat kita untuk malas dan meninggalkan sholat [duh tersinggung lagi nih jarang sholat >__< ]

jika kita memakai pakaian tersebut ada 2 kerugian yg didapat kaum muslimin
yang pertama faktor kesehatan dari kaca mata kedokteran dan kedua dikutuk allah karena hal tersebut adalah adat orang kafir yang mana jika kaum muslimin mecontoh nya maka hal tersebut menjadi kufur

dibahas lebih dalam lagi menganai pakaian dan celana sempit/celana kuncup tersebut selain dari faktor kesehatan dan kekufuran dari adat orang kafir adalah biasanya org yang memakai celana dan pakaia ketat akan menimbulkan bentuk tubuh atau aurat nya seperti [maaf] belahan bokong dan di antara nya[baik wanita maupun pria]. dan jangan salah,bukan saja wanita dilarang untuk memakai pakaian yang memungkin kan untuk memperlihat kan bentuk aurat nya tetapi pria juga dilarang akan hal seperti itu, hanya saja wanita Lebih ditegaskan pelarangan nya.

Bagaimana kita bisa sholat mengghadap allah sang pencipta alam dan isi nya jika kita memperlihatkan secara tidak langsung aurat kita, dan bukan sja memperlihatkan nya kpd Allah zat yang kita sembah tetapi juga orang sekitar yang beribadah bersama kita. kita sendri mungkin malu melihatnya terlebih orang yang kebetulan melihat hal tersebut

seribu satu hadis dalil dan ayat alqur-an yang membahas hal tersebut, sayang nya aQ gk hapal pula itu [ heh e he ] untuk mempertegas masalah yang sering menjadi masalah sepele yang hampir tak diketahui umat sebelum nya.

nah, point 1-5 bisa lah aQ terima dengan ikhlas dan tanpa keberatan, tapi kalo yang satu ini nih agak berat rasanya. Dengan latar belakang Qu yang mulai dengan pengaruh Punk & skin dan juga cultur nya, agak berat utk melepas celana kuncup, tapi kalo untuk sholat bisa lah aQ tanggalkan "Almamater celana kuncup dan memakai celana longgar dan baju koko, tapi untuk keseharian agak susah, mungkin di porsir pelan pelan, insya allah dengan pertolongan allah swt aQ kembali kejalan yang seharus nya.

Sumber : Pengajian salafiah jln denai, medan

Selasa, 29 Juli 2008

Sejarah Kelam Demokrasi

Siapa bilang demokrasi menciptakan kemaslahatan? Kenyataannya ia menindas kemanusiaan. Melegalkan amoralitas. Benarkah ia cacat sejak lahir?

Kalau ciptaan manusia yang dipuja bahkan disembah banyak orang, maka itu adalah demokrasi. Suer, baca aja di berbagai literatur, koran, majalah atau denger komentar para pakar di radio dan televisi, bahkan para khatib dan ustad di mesjid, mereka mengagungkan demokrasi. Seolah-olah demokrasi itu adalah sesuatu yang sakral (suci), bebas dari kesalahan.

Memperjuangkan demokrasi juga sudah dianggap sebagai perjuangan suci, dan pelakunya layak mendapat gelar pahlawan. Momen penegakkan demokrasi pun lebih dihapal orang daripada momen yang lain, apalagi perjuangan Islam. Orang lebih terkesan dengan Tragedi Tiananmen di Cina yang menelan banyak korban mahasiswa pro-demokrasi, atau lebih terkesan dengan Aung San Su Kyi di Birma yang juga memperjuangkan demokrasi, daripada perjuangan muslim Palestina. Orang yang memekikkan demokrasi pun serasa lebih heroik ketimbang meneriakkan khilafah atau Islam.

Bahkan kini ada upaya mengerdilkan Islam di hadapan demokrasi, dengan mengatakan bahwa demokrasi adalah bagian dari ajaran Islam. Bahkan tidak sedikit orang berani bilang kalau demokrasi itu ya Islam itu sendiri. Malah beberapa waktu silam seorang cendekiawan muslim di tanah air dengan berani menyebutkan bahwa Allah itu أ¢â‚¬إ“Mahademokratisأ¢â‚¬آ‌. Subhanallah أ¢â‚¬ثœamma yashifuun

Penyebab demokrasi amat disakralkan, karena ia konon lahir dari sebuah revolusi berdarah-darah umat manusia melawan kedzaliman, praktik otoritarian. Yaitu upaya reaksioner kaum filsuf, cendekiawan dan rakyat nasrani yang ditindas para kaisar di Eropa yang disahkan pihak gereja. Sejarah yang kemudian didramatisir ini lalu dianggap sebagai sebuah pencerahan [renaissance] umat manusia dari kegelapan [aufklarung/dark ages].

Demokrasi juga dianggap sebagai ideologi suci anti tiran dan kediktatoran. Ia dianggap sebagai suara rakyat. Slogannya; dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Atau demokrasi itu adalah perwujudan dari spirit liberte, egalite, fraternite (kebebasan, kesamaan, dan persaudaraan). Melawan demokrasi berarti melawan suara rakyat, dan suara rakyat itu adalah kebenaran. Dengan gegabah para pendukung demokrasi sesumbar suara rakyat adalah suara tuhan (vox populi, vox dei).

Tapi benarkah demokrasi itu segala-galanya? Ide yang tak pernah salah?

Sejarah Demokrasi
Seperti yang kita sering baca dalam pelajaran sejarah atau PPKN [dulu PMP], negara yang pertama kali melaksanakan sistem demokrasi adalah Athena. Ia tepatnya berupa negara-kota yang terletak di Yunani. Menurut pelajaran yang sering kita baca, di Athena, pemerintahan dijalankan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Proses pemerintahan di Athena itu dimulai oleh Kleistenes pada tahun 507 sebelum Masehi dengan perubahan konstitusi dan diselesaikan oleh Efialtes pada tahun 462-461 sebelum Masehi. Efialtes melucuti kekuasaan kaum aristokrat kecuali beberapa fungsi hukum dalamأ‚آ perkara pembunuhan, dan beberapa tugas keagamaan. Karena tindakan ini para bangsawan membunuh Efialtes, tetapi demokrasinya tetap hidup

Setelah kematian Efialtes, tidak ada badan politik yang lebih berkuasa daripada Dewan Rakyat. Dewan Rakyat di Athena terbuka bagi semua warga negara lelaki yang merdeka dan sudah dewasa, tidak peduli pendapatan atau tingkatannya. Pertemuan diadakan 40 kali setahun, biasanya di suatu tempat yang disebut Pniks, suatu amfiteater alam pada salah satu bukit di sebelah barat Akropolis. Dalam teori, setiap anggota Dewan Rakyat dapat mengatakan apa saja, asalkan ia dapat menguasai pendengar. Tetapi demi alasan praktis, acara resmi juga ada. Acara ini disiapkan oleh sebuah Panitia yang terdiri dari 500 orang, 50 orang dari setiap suku bangsa Attika yang semuanya meliputi 10 suku. Mereka itu dipilih dengan undian dari daftar sukarelawan, yang semuanya warga negara berumur 30 tahun lebih. Panitia ini tidak mengekang Dewan Rakyat, tetapi hanya mempermudah segala langkahnya. Anggota Panitia selalu dibayar dan bertugas selama satu tahun. Sesudah selang waktu, ia dapat dipilih lagi untuk tahun kedua, tetapi tidak pernah bertugas selama lebih dari dua tahun.

Dalam Panitia itu terdapat panitia yang lebih kecil dan terdiri dari 50 orang. Panitia ini disebut Pritanea dan berkumpul setiap hari; praktis merekalah yang menjalankan pemerintahan. Susunan Pritanea diubah 10 kali dalam setahun dan ketuanya, kedudukan eksekutif paling tinggi, berganti setiap hari. Dalam teori tidak ada orang yang cukup lama memegang tampuk kekuasaan sehingga merasa mengakar di dalamnya. Tetapi dalam kenyataan kemungkinan ini terbuka bagi suatu golongan orang: 10 panglima angkatan bersenjata yang langsung dipilih dari Dewan Rakyat dan bertugas selama satu tahun. Seorang panglima dapat dipilih kembali berkali-kali.

Salah seorang tokoh penting pada masa jaya Athena ialah Perikles, seorang prajurit, aristokrat, ahli pidato, dan warga kota pertama. Pada musim dingin tahun 431-430 sebelum Masehi, ketika perang Peloponnesus mulai, Perikles menyampaikan suatu pidato pemakaman. Alih-alih menghormati yang gugur saja, ia memilih memuliakan Athena

“Konstitusi kita disebut demokrasi, karena kekuasaan tidak ada di tangan segolongan kecil melainkan di tangan seluruh rakyat. Dalam menyelesaikan masalah pribadi, semua orang setara di hadapan hukum; bila soalnya ialah memilih seseorang di atas orang lain untuk jabatan dengan tanggung jawab umum, yang diperhitungkan bukan keanggotaannya dalam salah satu golongan tertentu, tetapi kecakapan orang itu. Di sini setiap orang tidak hanya menaruh perhatian akan urusannya sendiri, melainkan juga urusan negara. … Tetapi yang benar-benar dapat disebut berani ialah orang yang sudah mengerti apa yang enak di dalam hidup ini dan apa yang menggemparkan, lalu maju tanpa gentar untuk menghadapi apa yang datang.”

Perbudakan & Diskriminasi Wanita
Nyatanya, Athena bukanlah sebuah negara yang beradab. Slogan demokrasi yang sering menjulang dengan kata-kata liberte, fraternite, dan egalite, tidak pernah terwujud di Athena. Para ahli sejarah mencatat bahwa Athena adalah daerah pertama yang mempraktikkan perbudakan. Hal itu terjadi sekitar tahun 600 SM. Diperkirakan sekitar 100 ribu penduduk Athena adalah para budak. Itu berarti meliputi hampir sepertiga hingga setengah penduduk Athena adalah budak. Setiap penduduk Athena أ¢â‚¬â€œ kecuali yang teramat miskin أ¢â‚¬â€œ memiliki minimal satu budak. Pun, ketika proses pemerintahan demokrasi berlangsung, perbudakan itu masih terus berjalan. Bahkan filsuf terkenal Plato memiliki 50 budak. Ia juga memiliki ratusan budak yang disewakan pada orang lain. Ironis, padahal Plato adalah salah satu konseptor negara demokrasi.

Perbudakan juga terus berlanjut meski seorang budak telah dimerdekakan. Caranya, seorang budak yang telah dimerdekakan tidak dapat disebut sebagai “orang merdeka” (free person), melainkan “orang yang dimerdekakan” (freed person) atau dalam istilah Yunani ia disebut sebagai metic. Seorang freed person memiliki hak yang lebih sedikit daripada orang merdeka.أ‚آ Mereka tidak dapat menduduki posisi di pemerintahan dan mereka juga harus membayar pajak spesial.

Bagaimana dengan hak-hak politik di Yunani? Para sejarawan menuliskan bahwa demokrasi Yunani tetap bertumpu pada aristokrasi (kaum ningrat/bangsawan), hanya penduduk dari kalangan atas saja yang diperbolehkan mengikuti pemilu. Maka, demokrasi yang dipraktikkan di Yunani tidak lebih dari sekedar rezim aristokrat

Nasib kaum wanita yang konon bakal lebih berharga dengan demokrasi, juga tak terbukti di Athena. Bila dibandingkan dengan kondisi sosial saat itu, kaum wanita Athena hanya satu tingkat lebih sedikit di atas para budak. Sejak mereka lahir mereka tidak diharapkan untuk belajar membaca dan menulis. Tentang belajar membaca dan menulis bagi wanita, filsuf Yunani Menander menulis, “Mengajarkan seorang wanita membaca dan menulis? Mengerikan! Itu sama saja seperti memberikan umpan seekor ular berbisa dengan racun yang lebih banyak.” Pengarang dan filsuf lain pun berpendapat sama tentang wanita.

Kaum wanita di Athena terbagi menjadi tiga kelas. Yang paling rendah adalah para budak wanita, mereka melakukan berbagai pekerjaan kasar di sektor domestik (rumah), dan membantu istri majikan mereka mengasuh anak. Kelas kedua adalah para wanita penduduk biasa. Sedangkan kelas ketiga أ¢â‚¬â€œ yang paling teratas أ¢â‚¬â€œ adalah yang dikenal dengan sebutan Hetaerae. Tidak seperti kelompok pertama dan kedua, kaum Hetaerae mendapatkan pelajaran membaca, menulis, dan musik. Hanya saja, kalangan wanita Hetaerae ini sebenarnya tidak lebih dari kaum pelacur kelas atas.

Itulah demokrasi Athena, melestarikan perbudakan dan menghinakan kaum wantia

Demokrasi Modern
Bisa saja para aktivis pro-demokrasi beralibi kalau itu semua adalah fase awal demokrasi. Sehingga dapat dimaklumi bila masih terwarnai nuansa primitif. Lagipula demokrasi adalah suatu ide yang berkembang sesuai dengan dinamika jaman dan kehidupan manusia.

Alibi itu terlalu berlebihan. Karena demokrasi modern pun masih menyisakan berbagai praktik anti-kemanusiaan seperti di Athena. Perbudakan misalkan, terjadi di Amerika Serikat, negara kampiun demokrat. Bahkan ia. Hal ini tercantum dalam amandemen XIII butir pertama dari konstitusi AS:

“Neither slavery nor involuntary servitude, except as a punishment for crime whereof the party shall have been duly convicted, shall exist within the United States, or any place subject to their jurisdiction.”

(Baik perbudakan ataupun kerja paksa, kecuali sebagai hukuman atas kejahatan yang sudah pasti, diperbolehkan eksis di AS, atau tempat manapun yang merupakan wilayah hukumnya).

Para founding father (pendiri negeri) Paman Sam itu juga mempraktikkan perbudakan di tengah-tengah seruan kemerdekaan dan demokrasi. George Washington contohnya, pada usia 11 tahun ia sudah memiliki 10 budak. Di usia 22 ia mempekerjakan dengan paksa 36 budak. Saat ia mati di AS ada sekitar 316 budak, dan 123 di antaranya adalah miliknya.Hebatnya, untuk menutupi aib memalukan tersebut, pemerintah AS membangun Monumen Liberty Bell Center أ¢â‚¬â€œ monumen kemerdekaan AS — di Philadelphia bersebelahan dengan area bekas George Washington menempatkan para budaknya.


“Sejarah kita sering direkayasa dan dimanipulasi (tapi) kebenarannya telah dibunuh di Philadelphia,”

komentar Nash, seorang profesor sejarah di UCLA dan seorang pakar Revolusi Amerika.

Thomas Jefferson, salah seorang founding father AS sekaligus presiden pertama, malah bertindak lebih parah. Ia berselingkuh dengan salah seorang budaknya, Sally Hemmings, hingga menghasilkan dua orang anak. Ironi, karena Jefferson dipuja rakyat AS sebagai seorang pahlawan anti tiran. Salah satu ucapannya yang terkenal masih diabadikan oleh para pelajar di AS.

“Aku telah bersumpah di depan altar Tuhan untuk melakukan perlawanan terus menerus terhadap setiap bentuk tirani yang berada dalam pikiran manusia.”

Soal diskriminasi terhadap kaum wanita juga masih dipraktikkan oleh demokrasi modern. Menjelang pemilu 5 April 2004 berbagai tuntutan terhadap hak-hak politik perempuan juga masih berkumandang. Sebagian feminis menuntut kuota 30% kursi di legislatif untuk kaum wanita. Bukankah ini tanda kaum wanita masih terdiskriminasi?أ‚آ

Khatimah
Jelaslah bahwa demokrasi adalah sebuah ide yang cacat sejak lahir. Ia mempraktikkan dan mengesahkan kegiatan anti-kemanusiaan. Terlebih lagi dasar pijakan dari demokrasi adalah sekulerisme, pemisahan agama dari kehidupan. Untuk membela asasnya itu, demokrasi kerap melakukan hal-hal yang tidak sejalan dengan prinsip demokrasi, namun disahkan olehnya.

Hal ini terbukti di Turki. Tahun 1960 PM Adnan Mandaris, pengganti Mustafa Kemal, dari Partai Demokrasi pernah berusaha mengadopsi kemabli Islam dalam masyarakat Turki. Mandaris memperbolehkan azan kembali dikumandangkan dalam bahasa Arab (sebelumnya dalam bahasa Turki, lafadz Allahu Akbar menjadi Allahu Buyuk), merenovasi mesjid yang rusak, membuka kembali fakultas ushuluddin, dan menghidupkan lagi lembaga tahfidzul Qur’an.
Namun tidak lama kemudian, muncul tentangan dari kalangan militer. Mereka menganggap kebijakan Mandaris membahayakan sekulerisme dan demokrasi. Akhirnya pemerintahan Mandaris dikudeta pada tahun yang sama. Mandaris bersama Ketua Parlemen Bulatuqan dan Menteri Luar Negeri Fatin Zaurli dihukum mati.

Maka, berharap adanya perubahan menuju kehidupan yang Islami dengan jalan demokrasi, ibarat menggantang asap, melakukan sesuatu yang sia-sia. Karenanya kaum muslimin harus sadar bahwa demokrasi telah membunuh karakter Islam dan kaum muslimin. Hanya dengan dakwah Islam-lah kejayaan Islam akan kembali bangkit. [Iwan Januar, dari berbagai sumber]

Sumber - www.gaulislam.com/sejarah-kelam-demokrasi